WELCOME, selamat datang di sahabat PETANI

Selamat datang di KONCO TANI. Sahabat kami berusaha selalu ada untukmu, mencoba menyediakan informasi yang sederhana walau mungkin telah engkau mengerti, mencoba memahami permasalahanmu walau mungkin tidak pintar memberikan solusi yang ingin kami pastikan untukmu adalah bahwa KAMI PEDULI

Senin, 11 April 2011

Memadukan Bebek dengan Padi

Ide dasarnya adalah bagaimana memadukan dua buah usaha yang berbeda tetapi dilakukan secara bersamaan guna mendapatkan manfaat / hasil dari keduanya. Teknik umum pertanian terpadu padi dan bebek yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Satu sampai dua minggu setelah penanaman bibit padi, anak bebek yang berumur 1-2 minggu dilepas di sawah dengan jumlah yang proporsional yaitu 20-30 ekor per 4.000 meter2.
b. Seperti dilakukan di pedesaan pada umumnya bebek hanya dilepas di sawah pada siang hari saja kemudian digiring masuk kandang pada sore hari dengan alasan untuk mencegah bebek tersebut dicuri orang.
Anak bebek akan berenang ke
seluruh penjuru sawah, dengan rakus memakan rumput liar (gulma), serangga, katak, berudu dan melumpurkan tanah di sawah. Anak bebek ini akan tumbuh dengan cepat. Tanaman padinya akan terbajak dengan baik, keluar cabang dengan baik, dan tumbuh dengan pesat pula.
1. Pertanian terpadu padi dan bebek tidak hanya teknik penyiangan
.
Melepaskan unggas air ke sawah merupakan perkerjaan yang sangat sederhana. Pertanian padi dan bebek telah terpadu dalam sawah secara organis. Didaerah rawan hama wereng coklat ( misal : Kabupaten Klaten ) pemanfaatan bebek untuk memberantas dan mengendalikannya bisa lebih efektif dan aman bagi lingkungan. Demikian juga pada waktu terjadi serangan ulat tentara di kecamatan Klaten Utara ( 1999 ), bebek lebih efektif dalam mengendalikan, tentunya dengan mempertimbangkan juga umur tanaman. Sawah digenangi air kemudian bebek dilepaskan. Bebek mempunyai 6 manfaat untuk budidaya padi: 1. Manfaat untuk penyiangan, 2. Manfaat pengendalian hama penyakit, 3. Manfaat pemupukan, 4. Manfaat pembajakan dan penggemburan tanah sepanjang waktu, 5. Manfaat mengendalikan keong emas, 6. Manfaat stimulasi pertumbuhan padi. Di sisi lain sawah mempunyai manfaat untuk pemeliharaan bebek seperti berikut: 1. Penghasil sumber alami sebagi makanan seperti gulma, serangga, 2. Pemanfaatan ruang yang tersisa di sawah sebagai habitat bebek, 3. Pemanfaatan air yang berlimpah, 4. Sebagai tempat bebek bersembunyi di bawah daun padi.
2. Gulma dan serangga ada untuk tanaman padi
Tidak ada sesuatupun di
dunia ini yang tidak mempunyai manfaat. Semua akan berjalan sesuai dengan aturan yang telah diciptakan dalam ekosistem di planet bumi ini. Memang benar di sawah terdapat gulma dan hama penyakit. Menariknya serangga dan gulma yang kita anggap sebagai “makhluk jelek” menjadi makanan yang sangat berguna untuk bebek, dan dapat dirubah menjadi daging, sedangkan kotoran bebek menjadi pupuk tanaman padi, dan dirubah menjadi beras. Gulma dan serangga dimakan oleh bebek, sedangkan bebek memberikan dampak peningkatan pertumbuhan tanaman padi. Bebek tidak hanya bekerja, tetapi juga memupuk padi dan melakukan banyak peran. Yang menarik dalam pertanian terpadu padi bebek adalah bagaimana meningkatan keaneragaman secara kreatif sumber pakan yang dapat meningkatkan produktivitas. Misalnya dengan menambahkan Azolla dan paku air ke dalam sawah guna menambah suplai nitrogen. Pertanian terpadu padi dan bebek lebih kekal dan mempunyai siklus lebih baik dari pada metoda lain.
 Pada pertanian padi organik, polusi yang ditimbulkan relatif lebih sedikit, karena tidak menggunakan pupuk kimia maupun bahan kimia lain yang diproduksi secara industri. Pertanian terpadu padi, bebek dan azolla merupakan jalan kreatif untuk menciptakan siklus ekosistem produktif yang kekal.  ( dari berbagai sumber dan pengalaman pribadi )    

Dari Mana Memulai Usaha Ternak Itik


Beternak itik bagi sebagian orang terasa lebih menjanjikan daripada beternak unggas jenis lainnya. Pertama, produk yang dihasilkan yaitu telur terasa lebih ‘dihargai’ sebab penjualannya dihitung bijian bukan kiloan sebagaimana halnya telur ayam ras. Kedua, cara pemeliharaan dan perawatan yang relatif mudah serta lebih tahan terhadap penyakit. Ketiga jumlah permintaan telur yang terus naik dari tahun ke tahun. Dan keempat yaitu permintaan akan daging konsumsi juga tinggi.
Dari gambaran di atas sebenarnya masih ada ruang atau kesempatan yang sangat luas untuk memulai usaha ini. Akan tetapi timbul masalah bagi pemula yaitu dari mana memulai usaha ternak itik? Apa sebaiknya beternak itik untuk menghasilkan telur saja, apa beternak itik untuk menghasilkan DOD, atau usaha pembesaran DOD, atau penetasan? Nah berikut gambaran singkat tentang beberapa pilihan usaha dalam menjalankan bisnis ini.
Ada beberapa pilihan dalam menentukan langkah memulai usaha :
1. Mengkhususkan usaha untuk menghasilkan telur tetas. Untuk menghasilkan telur tetas yang baik ratio jantan dan betina adalah 5-10  pejantan untuk 50-100 ekor itik betina. Di sarankan terdapat kolam di dalam kandang untuk aktifitas berenang itik agar terjadi proses kawin secara alami. Telur itik yang sudah terkumpul ditetaskan dengan bantuan mesin penetas karena naluri mengeram itik sangat rendah atau bahkan tidak ada. Bisa juga dengan bantuan jasa menthok, akan tetapi hal ini akan menambah biaya lagi untuk pemeliharannya. Lama penetasan baik dengan mesin penetas atau menthok ± 28 hari. Lama penyimpanan telur tetas yang baik adalah kurang dari 7 hari.
2. Usaha penetasan, yaitu menetaskan telur itik menjadi DOD (Day Old Duck). Karena lama penetasan yang lebih panjang dari pada telur ayam maka perlu pertimbangan lagi untuk memulai usaha ini. Ada dua hal yang penting dalam memulai usaha ini yaitu bagaimana cara mendapatkan telur tetas yang baik dan memilih mesin penetas. Keuntungan dalam usaha ini akan berlipat apabila begitu DOD menetas langsung dapat terjual, kalau tidak maka perlu biaya tambahan untuk memelihara DOD untuk jangka waktu beberapa hari. Disarankan bagi peternak pemula untuk mencari relasi yang dapat dipercaya sebagai penyuplai telur tetas karena menyangkut nama baik usaha yang akan dirintis. Sekali citra usaha kita buruk maka
agak sulit untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. Lebih aman kalau kita memiliki pembibitan (breeding) sendiri untuk menjaga kualitas dan kontuinitas usaha.
3. Pembesaran DOD untuk dijadikan pedaging. Beberapa tahun terakhir usaha ini sudah banyak mendapat perhatian dari para investor. Pada umumnya DOD yang dijadikan sebagai pedaging adalah DOD jantan. Kenapa? Di samping harga bibitnya lebih murah juga kelebihan tingkat pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang lebih cepat jika dibandingkan dengan betina. Masa pemeliharaan yang relatif singkat yaitu sekitar 2 – 3 bulan juga menjadi daya tarik tersendiri. Untuk para pemula yang akan terjun dalam bisnis ini harus pandai-pandai berhitung soal pakan karena fluktuasi harganya yang gampang berubah.
4. Usaha pembesaran DOD sampai menjelang bertelur (bayah). Bayah adalah sebuatan itik betina siap bertelur yang berumur kira-kira 4-5 bulan. Biasanya system pemeliharaan bayah lebih banyak digembalakan karena di samping untuk lebih menekan biaya pakan juga untuk memberi kesempatan itik untuk berburu pakan alami kesenangannya seperti cacing, ikan-ikan kecil dan juga sebagai sarana exercise agar tubuh tidak kegemukan sehingga dapat menghambat produksi nantinya. Setelah itik sudah menandakan tanda-tanda akan bertelur maka itik bisa ditawarkan kepada calon pembeli. Ada satu trik saat menjual bayah yaitu usahakan menjual bayah ketika itik sudah mulai bertelur dan itu akan membawa ke harga jual yang lebih yang tinggi. Kita bisa menaikkan harga sampai Rp 500,- per ekor dan kita bisa bayangkan kalau bayah yang kita jual per minggu ada 100 ekor???
5. Usaha beternak itik untuk di ambil telurnya. Usaha ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita. Peternak bisa memeliharanya dari semenjak DOD atau langsung membeli itik siap bertelur (bayah). Keuntungan kalau kita memelihara sejak DOD adalah kita tahu tingkah laku ternak yang kita perlihara sehingga kita lebih paham akan kondisi ternak. Akan tetapi ada juga sisi kelemahannya yaitu butuh kesabaran waktu dan modal karena kita terus mengeluarkan uang sejak DOD sampai itik-itik tersebut mulai bertelur. Adapaun sisi kelebihan kalau kita membeli langsung dari bayah adalah kita akan langsung dapat memetik hasilnya dalam waktu dekat. Sisi kelemahannya yaitu butuh modal yang besar, dan juga kesiapan mental untuk menghadapi stress yang tinggi karena perpindahan lokasi dan juga perbedaan penanganan ternak. Sumber : Sentral Ternak ( Terimakasih Atas Berbagai Infonya yang Sangat Membantu )

KUB Kelompok Usaha Bersama

Berwirausaha tidak harus berjalan sendiri – sendiri. Dimana dengan mengedepankan kesendirian maka tantangan yang akan dihadapi akan sangatlah besar, terlebih bila berkaitan dengan modal yang harus disediakan, pasar yang harus digarap dan kompleksitas tantangan dan hambatan yang harus dihadapi seperti tekanan harga dan persaingan usaha.
Justru dengan berkelompok, usaha yang digeluti akan menjadi lebih mudah dan cepat berkembang, mengingat tenaga yang bergerak di dalamnya lebih banyak, modal yang berputar di dalamnya relatif lebih banyak dan jaringan yang akan dikembangkan menjadi lebih kuat.
Ikatan awal dalam membentuk sebuah Kelompok Usaha Bersama ( KUB ) adalah : kesamaan produk yang akan dihasilkan, kesamaan sumber bahan baku, kesamaan permasalahan yang dihadapi dan kemungkinan kesamaan solusi pemecahan permasalahan yang dihadapi.
Dalam KUB setiap anggota kelompok harus selalu antusias / bersemangat dan berpikir positif guna menentukan tindakan untuk mencapai tujuan usaha bersama dan untuk menjaga kelangsungan usaha. Berinisiatif dan kreatif dalam menjalankan usaha, selalu berkomunikasi dengan sesama anggota tentang tantangan, hambatan dan kemajuan usaha untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Mengembangkan semangat kerjasama dalam mengembangkan usaha baik bekerjasama dengan pihak luar maupun di kalangan anggota. Disipin dan bertanggung jawab dalam menjalankan usaha dan menjalankan aturan / ketentuan usaha bersama. Memiliki komitmen atas aturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan. Dan bekerja secara tekun dan bersungguh – sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal.
Kelompok usaha bersama adalah sebuah perputaran yang tiada henti yang antara satu dan lainnya saling mendukung dan menguatkan. Semisal dalam usaha ternak itik bisa saja dibentuk satu kesatuan usaha bersama ternak itik dengan unit – unit usaha seperti unit budidaya, penetasan, pembesaran, pengolahan hasil dan pakan ternak. Nah inilah sebuah peluang usaha yang menjanjikan sebuah hasil bila serius dikerjakan.

PEMBUATAN MOLASE


Molase merupakan sari tetes tebu yang bisa didapat dari pabrik gula,biloa susah didapatkan molase bisa diganti dengan membuat cairan gula merah / gula putih. Perbandingan yang digunakan yaitu 1:1. sebagai contoh untuk mendapatkan 500 ml molase diperlukan gula merah / gula putih sebanyak 500  g dan air bersih sebanyak 500 ml.
            Pembuatan cairan molase cukup mudah yaitu dengan melarutkan gula merah / putih kedalam air dengan perbandingan yang telah ditentukan. Untuk memudahkan pencairan campuran tersebut dapat dipanaskan.

Pembiakan Bakteri EM

            Cairan bakteri EM yang dibeli dari toko pertanian bias dikembangbiakkan sendiri. Dengan cara ini bakteri EM dapat dikembangabiakkan dengan biaya yang cukup murah.
Bahan :
·         Cairan EM ………………………………………1 L
·         Bekatul       ……………………………………… 3 Kg
·         Molase       ………………………………………. ¼ L
·         Terasi         ………………………………………. ¼ Kg
·         Air bersih ( yg tidak mengandung kaporit / bahan kimia lain )          ………………………………………. 5 L

Peralatan :

·         Ember
·         Pengaduk kayu
·         Panci pemasak air
·         Botol penyimpan
·         Saringan ( dari kain / kawat kasa )


Cara Pembuatan :

  1. Panaskan 5 liter air sampai mendidih.
  2. Masukkan terasi, bekatul, dan molase ( jika menggunakan gula merah dihancurkan dulu ), lalu aduk dengan pengaduk kayu sampai merata.
  3. Dinginkan sampai adonan mencapai suhu kamar. Adonan yang masih panas akan membunuh bakteri EM yang akan dibiakkan. Kemudian masukkan cairan EM dan aduk sampai rata.
  4. Tutup rapat selama 2 hari.
  5. Pada hari ketiga dan selanjutnya, penutup jangan terlalu rapat dan aduk setiap hari kurang lebih 10 menit
  6. Bakteri sudah dapat diambil dan disaring lalu masukkan ke dalam botol.
  7. Simpan botol dalam ruangan yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung. Agar bakteri mendapat kebutuhan oksigen tutup botol jangan ditutup rapat / biarkan terbuka. Cairan EM saip digunakan        

Pembuatan Pupuk Cair Organik
Proses pembuatan pupuk organik secara anaerob / secara fermentasi tanpa bantuan sinar matahari.

Bahan :
·         Sampah organik basah, rajang dan padatkan ………. ½ karung ukuran 25 Kg
·         Cairan molase ………………………………………. 500 ml
·         Air bekas cucian beras ( sebaiknya dari cucian pertama ) …………………………………………………………1 liter
·         Air kelapa yang sudah tua ……………………………. 1liter
·         Air bersih ……………………………………………. 7 liter

Catatan :
  • Sampah organik yang bisa dipakai sisa sayuran atau buah – buahan
  • Tidak diperkenakan menggunakan air ledeng karena mengandung kaporit yang. Kaporit bisa mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme EM

Peralatan

  • Ember plastik ukuran 20 liter yang bertutup. Ember tidak boleh terbuat dari seng  / logam lainnya yang mudah berkarat
  • Karung beras berpori, tidak bias diganti dengan kantong plastik
  • Gayung
  • Tongkat kayu sebagai pengaduk
  • Sarung tangan karet  / plastic
  • Masker kain
  • Tali raffia
  • Beban

Cara pembuatan :
    1. Masukkan sampah organik ke dalam karung dan tekan sampai padat
    2. ikat karung tersebut dengan tali rafia
    3. buat larutan nmedia dengan menyampurkan semua bahan selain sampah organik. Masukkan karung beras berisi sampah organik kedalanm larutan media sampai bahan organik terendam seluruhnya
    4. supaya tidak mengapung letkkan beban diatas karung beras tadi
    5. tutup ember dengan rapat
    6. setelah tertutup rapat simpan ember dari sinar matahari langsun
    7. simpan selama 7 – 10 hari. Setelah proses fermentasi selisai buka penutup ember
    8. setelah itu angakat sampah organik dan pisahkan. Volume bahan organik akan menyusut dari volume awal sisa ini bias dijadikan bahan untuk kompos
    9. fermentasi yang berhasil ditandai dengan bercak- bercak putih pada permukaan cairan  yang dihasilkan   dari proses ini akan berwarna kuning kecokltan dengan bau / aroma khas yang menyengat

Sebagai pupuk daun pupuk cair organik di semprotkan langsung ke tanaman. Supaya lebih efektif, penyemprotan dilakukan ketika matahari telah terbit agar zat hara yang terkandung dalam pupuk tersebut dapat langsung digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis.
Dosis yang digunakan untuk aplikasi semprot adalah 100 : 1 atau 500 ml air biasa dicampur 5 ml pupuk cair organik. Pada musim hujan penyemprotan dilakukan I kali per minggu sedangkan saat musim kemarau bisa dilakukan 3 kali sehari.
Sebagai pupuk akar pemupukan dilakukanb dengan menyiram media tumbu akar menggunakan campuran dengan perbandingan 500 : 1 atau 5 liter air biasa dicampur dengan 10 ml pupuk cair organik. Saat musim kemarau pemupukan dilakukan 3 kali seminggu sedangkan pada musim hujan dilakukan sebanyak 1minggu sekali.
Bau dari pupuk cair organik sangatlah menyengat untuk menghilangkan baunya dapat digunakan pewangi organik seperti daun sereh, daun pandan / jeruk sitrun. Untuk 330 ml pupuk cair organik digunakan perasan air dari satu buah sitrun ukuran sedang. Bila menggunakan daun panda dibutuhkan rematan dari 6 lembar daun pandan yang dicampur air secukupnya. Sementara jika menggunakan daun sereh wangi digunakan air rematen 6 batang sereh yang ditumbuk dan dicampur air secukupnya.
Begitu juga bila ingin memberikan warna, gunakan pewarna alami seperti daun / kulit kayu jati.
Bokasi cair merupaka hasil fermentasi bahan organik dan air dengan menggunakan bantuan bakteri EM
Bahan :
·         pupuk cair organik ……………………………….1 liter
·         molase ……………………………………………1liter
·         pupuk kandanng …………………………………..30 kg
·         katul  ……………………………………………….20 Kg
·         Air tanah atau sumur …………………….secukupnya

Peralatan

Drum atau plastik kapasitas 200 liter

Cara pembuatan :

  1. isi drum dengan air sumur atau tanah hingga setengahnya
  2. pada tempat yang terpisah, larutkan molase 1 literateu gula merah sebanyak 250 g kedalam 1 liter air tanah atau sumur
  3. massukkan molase atau gula merah yang telah dilarutkan serta pupuk cair organik kedalam drum dan aduk sampai merata
  4. masukkan pupuk kandang dan aduk perlahan agar larutan terserap oleh pupuk kandang
  5. tambahkan  air tanah atau sumur sampai drum terisi penuh, aduk perlahan, lalu tutup drum dengan rapat. Lakukan pengadukan setiap pagi selama 4 hari ( cukup lima putaran pengadukan setiap harinya) setelah diaduk biarkan air larutan bergerak tenang lalu tutup kembali drum dengan segera, setelah 4 hari bokashi cair siap digunakan.


Cara pengaplikasian pencampuran 1 liter bokasi cair dengan 5-10 liter air sumur. Untuk sayuran dosisinya 250 ml campuran per minggu. Untuk tanaman buah digunakan 5 sampai 10 liter pertanaman per minggu.

PEMBUATAN BOKASHI PADAT

Sampah bisa digunakan untuk bahan baku pupuk organik padat diantaranya dedaunan, ranting, kertas, rumput atau kotoron ternak. Sebelum dijadikan kompos bahan – bahan tersebut harus diolah sedemikian rupa agar dapat mendukung kesuburan tanah. Kotoran ternak misalnya, harus didiamkan terlebih dulu supaya kadar gas metanya berkurang. Bahan organik yang memiliki kadar selulosa tinggi akan menggunakan waktu lebih lama untuk menjadi bokashi padat. Bahan yang mengandung selulosa tinggi diantaranya kayu dan batang tanaman.
Komposisi bahan baku bokashi padat yang diperlukan terdiri dari 80% bahan organik, 10% pupuk kandang dan 10% dedak. Untuk pembuatan bokashi 1 ton, bahan dan alat yang dibutuhkan sebagai berikut

Bahan :
• bahan organik ( sekam, jerami, sisa sayuran, buah – buahan, daun-daunan dan sebagainya ) dirajang halus………. 800 Kg
• pupuk cair organik ………………………………….. 1 l
• molase/gula (½ Kg gula merah dilarutkan dalam air) 1 1
• dedak ……………………………………………….. 10 kg
• pupuk kandang ……………………………………... 10 kg
• Air tanah atau sumur secukupnya

Peralatan:
• Terpal plastikcangkul
• ember atau gembor
• thermometer
cara pembuatan
1. campur bahan organik dedak dan pupuk kandang sampai merata 0
2. larutkan cairan EM dan cairan molase. Kemudian siramkan larutan ktersebut ke bahan organik secara perlahan dan merata sambil terus diaduk.
3. lakukan penyiraman sampai kadar organik 30%. Ditandai ketika kita memenggenggam bahan, air tidak menetes dan bahan akan mengembang ketika behan dilepas.
4. hamparkan adonan diatas lantai yang kering dengan ketinggian tumpukan sekitar 15 – 20 cm
5. tutup adonan dengan plastik. Suhu idial proses pengomposan dibawah 50 ° C. jika suhu bahan terlalu tinggi buka tutupnya sewaktu-waktu untuk menurunkan suhu bahan, suhu bahan terlalu tinggi menyebabkan proses terhenti dan menyebabkan pembusukkan
6. biarkan proses fermentasi berlangsung 4-7 hari setelah 7 hari bokashi siap digunakan

Cara Pengaplikasian
Aplikasi bokashi padat diberikan dengan campuran tanah sebagai media tanam. Untuk tanaman sayuran perbandingannya 1 : 1. untuk tanaman hias perbandingan antara bokashi dengan tanah adalah 1 : 2. Sedangkan untuk tanaman dalam pot perbandingannya 1 bagian tanah lempung, 1 bagian pasir dan ¼ bagian bokashi padat. Setahun sekali media tanam perlu diganti dengan yang baru seperti komposisi semula. Satu ton bokashi padat bisa untuk memupuk lahan pertania seluas 0,5 ha.

PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK


Dibuat dari tanaman - tanaman organik yang mengandung zat anti serangga
Bahan :
·         pupuk cair organik …………………………………..100 ml
·         molase ……………………………………………….100 ml
·         alcohol………………………………………………..100 ml
·         cuka makan ………………………………………….100 ml
·         air tarjin ……………………………………………... 1L
·         jahe, lengkuas, kencur, kunyit, temulawak, temugiring masing- masing sebesar jempol tangan
·         sereh ………………………………………………. 2 batang
·          bawang putih ………………………………………. 8 siung besar
·         Bawang merah ………………………………………5 siung besar
·         Daun mimbi / mamba ………………………………. 2 ons
·         Brotowali ……………………………………………10 cm

Peralatan
·         Penumbuk atau blender
·         Jerigen atau wadah tertutup
·         pengaduk

Cara pembuatan

1.      hancurkan semua behan rempah dengan penumbuk atau blender. Jika menggunakan blender bias ditambahkan air cucian beras
2.       setelah semua bahan hancur, masukkan cairan tadi dengan ampasnya kedalam jerigen atau wadah tertutup
3.      masukkan kedalam wadah tersebut secara berurutan cuka makan, alcohol, molase, dan larutan EM 4. aduk hingga merata
4.      simpan dalam suhu ruangan dengan kondisi wadah tertutup
5.      kocok setiap pagi dan sore selama 5 menit
6.      buka tutup wadah untuk membuang gas yang terbentuk selama proses fermentasi berlangsung
7.      setelah 15 hari hentikan pengocokan.  Sebelum digunakan sebagai pestisida organik, biarkan selama 7 hari lagi

Cara pengaplikasian

Masukkan 5 - 10 ml pestisida organik dalam 1 L air lalu semprotkan kepada tanaman yang terkena serangan hama. Penggunaan pestisida organik sebaiknya dilakukan di sore hari menjelang matahari tenggelam atau pada malam hari.

Minggu, 10 April 2011

PENANGKARAN BENIH PADI Sebagai Peluang Usahatani

Benih padi selalu dibutuhkan dalam usahatani padi. Bahkan benih bermutu dan bersertifikat menjadi salah satu syarat penentu tanaman padi untuk bisa menghasilkan produknya secara maksimal. Namun Indonesia sebagai negera pertanian dan sebagian besar penduduknya bermakanan pokok beras masih kekurangan dalam penyediaan benih padi. Bahkan jumlah kekurangannyapun tidak sedikit.
Kondisi di atas tentunya merupakan peluang usaha bagi petani untuk bisa membuat dan memproduksi benih bermutu dan bersertifikat. Sehingga petani bisa mendapatkan harga yang sepadan dengan produk yang dihasilkannya.
Pemroduksian benih bisa dilakukan secara mandiri oleh petani dengan pengawasan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih ( BPSB ) atau petani bermitra dengan produsen benih padi seperti : PT. Sang Hyang Sri atau PT. Pertani.
Langkah yang dilakukan dalam penangkaran benih adalah sebagai berikut :
1. Laporkan kepada BPSB bahwa akan melakukan kegiatan penangkaran benih padi paling lambat 3 hari sebelum tanam dan dilakukan pengamatan calon lahan yang akan digunakan untuk penangkaran benih dimaksud
2. Pengolahan lahan dilakukan secara sempurna, lakukan perendaman lahan selama ± 1 bulan dengan tujuan agar biji rumput mati / tidak tumbuh.
3. Persemaian dibuat minimal seluas 20 % dari luas lahan yang akan ditanami. Persemaian dibuat dalam satu blok / petak
4. Untuk menghindari kawin silang dengan varietas yang lain selisih minimal adalah 20 hari
5. Penanaman dilakukan dengan system prapatan / tegelan untuk memastikan varietas yang ditanam. Penanaman untuk lahan seluas 5 hektar harus sudah selesai dalam waktu maksimal 5 hari
6. Seleksi pertama disaat vegetatif adalah pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam dengan membenamkan tanaman yang tumbuh diluar garis prapatan / tegelan pengawasan dilakukan oleh petugas dari BPSB
7. Perawatan ( memupuk, matun, mengendalikan hama / penyakit) dilakukan sebagaimana biasa mengelola / merawat tanaman padi
8. Seleksi kedua disaat generatif adalah pada saat tanaman berbunga. Tanaman dengan bentuk bunga dan tinggi yang tidak sama dicabut dan atau dibenamkan
9. Pemanenan dilakukan setelah 90% hamparan menguning sempurna
10. Panen dilakukan dan langsung dirontokkan pada saat itu juga

Demikian gambaran pelaksanaan penangkaran benih padi. Keterangan lebih lanjut bisa berhubungan dengan petugas terkait. Selamat mencoba.

Mengamati Kebiasaan di Lingkungan Budidaya Padi

Ada banyak hal yang sering kita hadapi di saat kegiatan pengelolaan tanaman padi dan itu merupakan suatu kebiasaan. Kebiasaan – kebiasaan tersebut bisa mendukung dan bisa juga kurang mendukung kegiatan budidaya tanaman padi. Padahal seringkali kebiasaan – kebiasaan tersebut berpengaruh pada budidaya tanaman padi kita.
Kita ambil contoh misalnya pada pertumbuhan tanaman Jawan untuk menggambarkan tanam muda, tunggal dan dangkal. Pernahkah kita mengamati pertumbuhan tanaman Jawan. Bagaimana perakarannya, tumbuh di kedalaman tanah ataukah hanya dipermukaan tanah, berasal dari satu buah biji atau dari banyak biji ? Bagaimanakah pertumbuhannya, lebih cepat dari tanaman padi yang kita tanam ataukah lebih lambat ? Kita amati juga bagaimana pertumbuhan tanaman padi yang berdekatan / berdampingan dengan tanaman jawan tersebut ? Jawaban yang pasti akan kita temukan bila mau mengamati kondisi langsung di lahan sawah kita maka mari kita temukan jawaban atas berbagai permasalahan budidaya tanaman padi dengan menjadikan lahan sawah sebagai kelas belajar bagi kita.
Demikian halnya dengan kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman atau sering kita dengar dengan istilah OPT ( Organisme Peng ganggu Tanaman ). Kita ambil contoh hama Tikus, sudah seringkali hama ini merugikan petani tetapi pengendalian yang dilakukan oleh petani tidak sebanding dengan kerugian ditimbulkannya. Serangan selalu berulang dan kerugian yang ditimbulkan selalu diderita oleh petani.
Pengendalian hama tikus bisa juga dilakukan dengan mengikuti kebiasaan – kebiasaan kita selaku petani. Ada saat atau waktu yang tepat bagi petani dalam upaya pengendalian berkembangbiaknya hama tikus. Kita sering mendengar ungkapan “pancen nembe mangsane atau yen wis ra wektune mengko kan lunga dewe“.
Petani tidak akan pergi ke sawah di saat mereka telah menuai / memanen tanaman padinya. Keadaan ini dikatakan sebagai bero di saat seperti ini tikus masih berada di lahan sawah sembari menunggui anak – anaknya dan menghabiskan persedian pangan yang telah dikumpulkannya. Artinya saat bero waktu yang tepat untuk mengendalikan hama tikus.
Di saat pengolahan lahan, sebagian tikus mulai menyingkir dan berpindah ke daerah perkampungan di tepian sawah. Sembari sesekali tikus ke sawah untuk mencari makanan ditandai dengan jalur jalan tikus yang nglinyit, pada saat ini juga merupakan waktu yang tepat untuk mengendalikan tikus.
Padi mulai berbunga juga merupakan tanda dimana tikus mulai bersiap untuk bunting dan melahirkan hal ini ditunjukkan dengan liang – liang tikus mulai tertutup (ngunthuk), saat seperti ini juga merupakan waktu yang tepat untuk mengendalikan tikus.
Nah sekarang tinggal bagaimana kita mengupayakan kebiasaan menjadi tindakan pengendalian yang dapat dilakukan di lahan usaha kita.

Pengendalian Hama Tikus

Kehilangan produksi akibat serangan hama tikus umumnya berada paling atas dibandingkan hama – hama lain pada pertanaman padi. Serangan hama tikus selalu terjadi berulang dalam kurun waktu tertentu.
Ciri – ciri, daur hidup dan kebiasaan tikus sawah adalah sebagai berikut :
o Dada berbulu putih
o Ekor lebih pendek daripada badannya
o Memiliki putting sebanyak 6 pasang
o Aktif di malam hari, tidak tahan terhadap panas, lebih tahan terhadap air
o Suka makan makanan berkarbohidrat, suka tempat bersemak, berbatu dan berair ( di temui banyak lubang yang memungkinkan untuk ditinggali )
o Mampu mencari makan sampai dengan radius ± 1 km dan memiliki kemampuan untuk berenang sampai sejauh 1,5 km
o Dalam satu tahun tikus betina mampu melahirkan sampai 4 kali
o Tikus dewasa siap berkembang biak pada umur 2 bulan sedangkan kelahiran dimulai pada umur 3 bulan dengan jumlah anak rata – rata 8 ekor / induk / kelahiran
o Sehari setelah melahirkan tikus sudah siap kawin lagi
o Anak tikus sudah menjadi hama pada umur 3 minggu

Beberapa faktor penting yang berpengaruh terhadap berkembang biaknya tikus :
o Iklim, pada musim hujan tersedia makanan yang cukup bagi tikus sehingga saat tersebut digunakan untuk perkembangbiakannya. Saat musim kemarau tikus sudah mencapai dewasa maka daya rusak tikus menjadi lebih parah. Disamping itu bila diantara musim hujan dan kemarau tanaman padi tidak terputus ( tidak ada bero ) maka tikus akan terpacu populasinya.
o Topografi dan pengairan, topografi berbatu dan dekat dengan sungai yang curam biasanya dijadikan pemukiman tikus. Selain itu ketersediaan air yang melimpah menyulitkan dalam mengatur pola tanam selain padi sehingga memdorong tikus untuk berkembangbiak dengan baik.
o Sikap manusia terhadap pengendalian,
1. disiplin pola tanam belum dapat ditegakkan sehingga tersedia makanan sepanjang waktu
2. kerjasama antar anggota kelompok yang masih lemah, padahal kerjasama merupakan kunci keberhasilan dalan pengendalian tikus
3. usahatani dianggap sebagai usaha sambilan atau bukan satu – satunya sumber pendapatan sehingga pertanian kurang diperhatikan.
4. kepercayaan petani bahwa tikus tidak boleh
dibunuh

Agar pengendalian tikus berhasil perlu diterapkan konsep pengendalian hama secara terpadu meliputi :
 ekologi, penerapan pola tanam, panen serentak dan sanitasi lingkungan
 non ekologi, penggunaan bahan kimia seperti pemasangan umpan beracun, fumigasi / pengasapan / pengemposan dan gropyokan
 pengamatan untuk melakukan pengendalian dini, pengamatan populasi pada saat bero serta pengamatan serangan dini dalam pertanaman
Cara – cara pengendalian tikus :
 keadaan bero, tikus tidak bermukim di sawah tetapi di tempat yang aman dari jangkauan manusia. Untuk mempertahankan hidupnya tikus mencari makan dalam jangkauan yang jauh dari tempat tinggalnya karena itu tindakan yang tepat adalah dengan memasang umpan di jalur yang biasa dilalui tikus dan di tempat tinggalnya
 keadaan persemaian, tikus akan mencari makan di persemaian tersebut. Tindakan yang tepat adalah dengan memasang umpan beracun di luar persemaian yang diikuti dengan tindakan sanitasi / membersihkan lingkungan yang diduga menjadi tempat tinggal tikus
 keadaan tanaman muda / vegetatif, tikus dalam merusak tanaman memiliki dua tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat dan menekan pertumbuhan giginya yang terus memanjang. Pemasangan umpan masih efektif dengan diikuti tindakan sanitasi.
 Keadaan padi berbunga, banyak tikus yang kawin karena persedian pangan yang cukup. Tikus bermukim di lingkungan persawahan membuat lubang untuk mempersiapkan kelahiran dan mendekatkan dengan sumber bahan makanan di sawah. Tindakan yang tepat adalah fumigasi / pengemposan dan sanitasi karena akan menggelisahkan tikus sehingga berpengaruh pada perkawinan dan kelahiran anak – anaknya.
 Tiga sampai lima hari setelah panen, tikus masih tinggal di pematang / galengan sawah sambil mengunggui anak – anaknya dengan memakan cadangan makanan yang dikumpulkan di liangnya. Tindakan yang efektif adalah dengan melakukan gropyokan secara massal dengan membongkar liang – liang tikus sekaligus sanitasi lingkungan sekitarnya.

Dari semua uraian yang ada di atas tak akan berhasil pengendalian tikus apabila tidak dilakukan dengan perencanaan yang tepat, kerjasama pada hamparan yang luas dan keberlanjutan / pengulangan kegiatan.

HAMA TIKUS ( Rattus Argentiventer)

Merupakan hama penyebab kerusakan tanaman padi terbesar di Indonesia, sehingga diperlukan pemahaman yang lebih mendasar untuk mengatasi masalah ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerapatan populasi tikus sawah dipengaruhi oleh fase tanaman padi. Populasi tikus di ekosistem sawah irigasi berfluktuasi sangat tajam dan puncak populasi hanya terjadi satu kali dalam satu musim tanam padi. Puncak populasi terjadi pada periode sawah bera ( setelah panen ), akibat kelahiran tikus pada saat padi dalam fase generatif sebelumnya.
Penurunan populasi terutama disebabkan oleh berkurangnya pakan dan tempat berlindung di masa bera. Sehingga terjadi emigrasi tikus sawah ke perkampungan.
Tikus merusak tanaman padi pada semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga panen, bahkan di gudang penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru.
Tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah.
Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang fase generatif. Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki (foot print), jalur jalan (run way), kotoran/faeses, lubang aktif, dan gejala serangan.
Tikus berkembang biak sangat cepat dan hanya terjadi pada periode padi generatif. Satu ekor tikus betina dapat menghasilkan 80 ekor tikus baru dalam satu musim tanam.



Cara pengendalian
Pengendalian tikus dilakukan secara terpadu yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara dini (dimulai sebelum tanam), intensif, dan terus-menerus dengan memanfaatkan semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama (berkelompok) dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian dalam skala luas ( hamparan ). Kegiatan pengendalian yang sesuai dengan fase pertumbuhan padi.
Kendalikan tikus pada awal musim tanam sebelum memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyok massal, sanitasi habitat. Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan.
Fumigasi paling efektif dilakukan pada saat tanaman padi fase generatif. Pada periode tersebut, sebagian besar tikus sawah sedang berada dalam lubang untuk reproduksi. Metode ini efektif membunuh tikus. Rodentisida hanya digunakan apabila populasi tikus sangat tinggi. dan hanya efektif digunakan pada periode bera dan fase padi awal vegetatif.
Karena tikus memiliki mobilitas yang tinggi maka pengendalian tikus sebaiknya dilakukan sedini mungkin.
Selain lahan sawah dan lingkungannya, habitat yang menjadi target pengendalian adalah perkampungan tempat tikus beremigrasi. ( dari berbagai sumber )

KEONG MAS

Apakah Keong Mas Itu?
Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) diperkenalkan ke Asia pada tahun 1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia. Namun, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Mengapa Keong Mas Harus Dikendalikan?
Keong mas memakan tanaman padi muda serta dapat menghancurkan tanaman pada saat pertumbuhan awal.
Saat-saat Penting untuk Mengendalikan
Keong Mas
Saat-saat penting untuk mengendalikan keong mas adalah pada 10 hari pertama untuk padi tanam pindah dan sebelum tanaman berumur 21 hari pada tabela (tanam benih secara langsung). Setelah itu, tingkat pertumbuhan tanaman biasanya lebih tinggi daripada tingkat kerusakan akibat keong.
Bagaimana Mengendalikan Keong Mas?
• Semut merah memakan telur keong, sedangkan bebek (dan kadang-kadang tikus) memakan keong muda. Bebek ditempatkan di sawah selama persiapan lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh cukup besar (misalnya 30-35 hari setelah tanam); keong dapat dipanen, dimasak untuk dimakan oleh manusia.

• Pungut keong dan hancurkan telurnya. Hal ini paling baik dilakukan di pagi dan sore hari ketika keong berada pada keadaan aktif. Tempatkan tongkat bambu untuk menarik keong dewasa meletakkan telurnya.

• Tempatkan dedaunan dan pelepah pisang untuk menarik perhatian keong agar pemungutan keong lebih mudah dilakukan.

• Keong bersifat aktif pada air yang menggenang / diam dan karenanya, perataan tanah dan pengeringan sawah yang baik dapat menekan kerusakan. Buat saluran-saluran kecil (misalnya, lebar 15-25 cm dan dalam 5 cm) untuk memudahkan pengeringan dan bertindak sebagai titik fokus untuk mengumpulkan keong atau membunuh keong secara manual.

Apabila pengendalian air baik, pengeringan dan pengaliran air ke sawah dilakukan hingga stadia anakan (misalnya, 15 hari pertama untuk tanam pindah dan 21 hari pertama untuk tabela).

• Tempatkan tanaman beracun (misalnya daun eceng (Monochoria vaginalis), daun tembakau, dan daun Kalamansi) pada bidang-bidang sawah atau di saluran-saluran kecil.

• Tempatkan penyaring dari kawat atau anyaman bambu pada saluran keluar dan masuk irigasi utama untuk mencegah masuknya keong dari lahan lain. Manfaat dari tindakan ini agak terbatas karena kebanyakan keong mengubur dirinya sendiri dan “hibernasi” di sawah ketika tanah mengering.

• Tanam bibit-bibit yang sehat dengan anakan yang sehat. Terkadang, tanam pindah dapat ditunda (misalnya bibit berumur 25-30 versus 12-15 hari), atau tanam bibit ganda per rumpun.

• Pengendalian dengan pestisida berbahan aktif niclos amida dan deris mungkin dibutuhkan bila praktek-praktek lainnya gagal. Cek produk produk yang tersedia secara lokal yang memiliki kadar racun rendah terhadap manusia dan lingkungan. Pertimbangkan untuk menggunakan produk-produk untuk tempat-tempat rendah dan kanal-kanal kecil, bukan ke seluruh bidang sawah. Selalu pastikan penggunaan yang aman.

BIOPESTISIDA Dari Tanaman Biofarmaka

Manfaatkan tanaman biofarmaka (tanaman obat) untuk mengendalikan OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman ) dengan mengolah jadi biopestisida ( pestisida nabati ).
Penggunaan biopestisida lebih menguntungkan diantaranya :
o Produk tanaman lebih aman untuk dikonsumsi
o Kelestarian lingkungan dan system produksi pertanaman yang berkelanjutan lebih terjamin.
o Bahannya banyak tersedia di lingkungan kita.
Jenis organisme pengganggu tanaman yang bisa dikendalikan dengan biofarmaka antara lain :
o Hama secara umum
o Hama Trips pada cabe
o Hama belalang dan ulat
o Hama wereng coklat dan penggerek batang
o Hama pada tanaman bawang merah
o Hama tikus
Jenis tanaman biofarmaka yang dipilih / digunakan sebagai pestisida nabati tentunya disesuaikan dengan OPT yang tengah mengganggu. Cara pengendaliannya adalah sebagai berikut :
o Hama secara umum, siapkan daun mamba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, diterjen/sabun colek 20 kg dan air 80 liter. Cara pembuatan semua bahan ditumbuk kemudian tambahkan diterjen / sabun colek. Tambahkan 20 liter air. Campuran ini endapkan selama 24 jam kemudian disaring dengan kain halus. Hasil saringannya diencerkan dengan 60 liter air. Larutan ini bisa digunakan untuk mengendalikan hama seluas ± 1 Ha lahan pertanaman.
o Hama Trips pada Cabe, siapkan daun sirsak 50 – 100 lembar ditumbuk dan tambahkan 15 gr diterjen / sabun colek. Masukkan air 5 liter, aduk sampai rata. Diamkan selama 24 jam kemudian saring dengan kain halus. Penggunaan setiap 1 liter larutan diencerkan dengan 10 – 15 liter air kemudian disemprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang.
o Hama Belalang dan Ulat, daun sirsak 50 lembar dan daun tembakau satu genggam ditumbuk halus, tambahkan 20 gr diterjen / sabun colek, aduk sampai rata. Endapkan selama 24 jam kemudian saring dengan kain halus. Penggunaannya adalah dengan menambahkan 50 – 60 liter air lalu disemprotkan pada tanaman yang terserang belalang dan ulat
o Hama wereng coklat dan penggerek batang, 50 gr biji mamba ditumbuk halus tambahkan 10 cc alcohol kemudian encerkan dengan 10 liter air. Endapkan selama 24 jam dan disaring dengan menggunakan kain halus kemudian semprotkan pada tanaman yang terserang.
o Hama dan penyakit pada bawang merah, daun mamba 1 kg, 2 buah umbi gadungditumbuk halus tambahkan sedikit diterjen / sabun colek dan diaduk sampai rata. Tambahkan 20 liter air kemudian endapkan selama 24 jam. Saring dengan kain halus. Larutan siap digunakan. Bisa juga digunakan limbah daun tembakau sebanyak 200 kg ( untuk 1 hektare lahan ) dihancurkan dan dimanfaatkan / ditaburkan bersamaan dengan pemupukan. Limbah ini bagus untuk mengendalikan bakteri, jamur dan nematoda.
o Hama Tikus, 1 kg umbi gadung racun, 10 kg dedak padi, 1 0ns tepung ikan, sedikit kemiri dan air secukupnya. Kupas umbi gadung, tumbuk sampai halus. Campurkan semua bahan aduk dan jadikan pellet. Pellet ini disebarkan di pematang sawah atau jalur yang sering dilalui tikus dan tempat tempat di mana tikus bersarang.

No Jenis Tanaman Bagian yang digunakan OPT Sasaran
1 Pacar Cina Daun, kulit batang, biji, ranting dan bunga Hama ulat crops pada kubis
2 Bengkuang Biji Hama ulat crops pada kubis
3 Mimba Biji dan daun Penghisap polong pada kedele, anthraksnosa pada kobis, busuk daun/ pangkal batang pada tanaman hortikultura
4 Cengkeh Daun dan biji / bunga Busuk daun/ pangkal batang pada tanaman hortikultura dan lalat buah
5 Sirsak Daun dan biji Belalang, Trips pada cabe, kutu daun kentang, wereng coklat
6 Srikaya Biji Hama gudang
7 Tembakau Daun dan batang Kutu, nematode, hama gudang, nyamuk
8 Sere wangi Batang dan daun Hama gudang, tikus
9 Gadung Racun Umbi Tikus dan babi
10 Tuba/Jenu Akar segar Siput dan hama gudang
11 Sembung Daun Keong mas
12 Jarak Daun Nematode dan hama dalam tanah
13 Kecubung Daun dan biji Hama daun kelapa dan tikus

Dari semua uraian yang ada di atas tak akan berhasil pengendalian OPT apabila tidak dilakukan dengan perencanaan yang tepat, kerjasama pada hamparan yang luas dan keberlanjutan / pengulangan kegiatan.

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

Peningkatan produksi padi per hektar dapat dicapai melalui perbaikan teknik budidaya. Pengelolaan Tanaman Terpadu ( PTT ) merupakan teknik budidaya pengelolaan tanaman padi yang menggabungkan semua komponen usahatani yang serasi dan komplementer. Antara lain meliputi : a). penentuan pilihan komoditas adaptif sesuai agroklimat dan musim tanam, b). penggunaan varietas unggul, adaptif dan bersertifikat, c). pengelolaan tanah, air, unsure hara dan tanaman secara optimal, d). pengendalian hama / penyakit secara terpadu, e). penanganan panen dan pasca panen secara tepat.
Meningkatnya produktivitas tanaman padi akan berdampak kepada peningkatan pendapatan serta kesejahteraan petani.
A. Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan meliputi pengolahan tanah, pembersihan lahan dari gulma, sisa – sisa tanaman serta pemberian pupuk dasar berupa bahan organik / kompos / pupuk kandang dan pengembalian jerami sisa panen.
Tujuan pemberian pupuk dasar berupa bahan organik, dalam jangka panjang :
 memperbaiki sumberdaya lahan atau lingkungan tumbuh tanaman
 menyediakan unsur hara esensial dan unsur hara mikro
 memperbaiki struktur tanah
 memberi kondisi yang cocok untuk mikrobia tanah
 meningkatkan serapan hara tanaman (N dan P)
 meningkatkan kemampuan menyimpan air. B. Penggunaan Benih Berkualitas
Pilih yang memiliki keunggulan seperti : daya hasil tinggi, rasa nasi sesuai keinginan petani dan permintaan pasar, tahan terhadap hama dan penyakit utama, mampu beradaptasi dengan baik. beberapa varietas yang dapat dipilih : IR. 64, Way Apu Buru, Cilosari, Membramo, Cisantana, Ciherang, Tukad Unda, Tukad Balian dan Tukad Petanu.
Cara memilih benih
 benih padi direndam dalam larutan abu dapur. Untuk 10 kg benih butuh 3 – 4 kg abu dan air secukupnya.
 Benih yang terapung dibuang, gunakan benih yang tenggelam
 Benih terseleksi selanjutnya direndam selama 1 – 2 malam lalu ditiriskan
 Bila daerah lahan tanam diperkirakan endemik penggerek batang sebaiknya dilakukan seed treatment ( perlakuan benih ) dengan cara setelah ditiriskan direndam dengan larutan Regent dengan dosis 1botol 80 cc untuk 5 – 7 kg benih lalu campur hingga merata
 Masukkan benih setelah perlakuan ke dalam wadah karung dan peramlah selama 1 – 2 malam. Benih siap ditebarkan dipersemaian.
Persemaian
 Berilah pupuk kandang atau sekam sebanyak 2 kg / m2 untuk memudahkan pencabutan benih umur muda
 Berilah pupuk Urea, SP 36 dan KCL dengan takaran masing – masing 40 gr / m2
 Persemaian tidak boleh tergenang air tetapi cukup basah
Bibit umur 10 – 15 hari siap dipindahkan, sebaiknya 1 – 2 hari sebelum benih dicabut lahan Persemaian digenangi air setinggi 1 – 2 cm untuk memudahkan pencabutan.
Manfaat Penggunaan Bibit Umur Muda
 Dapat mempersingkat masa stagnasi / liyer akaibat pindah tanam sehingga lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan
 Bibit akan lebih cepat tumbuh dan berkembang
 Sistem perakaran lebih intensif dan anakan lebih banyak
C. Penanaman
Lakukan segera setelah benih dicabut, untuk umur bibit 10 – 15 hari gunakan 1 batang per lubang. Apabila keadaan terpaksa penggunaan bibit 2 – 3 batang perlubang untuk umur bibit di atas 20 hari.
Manfaat Penggunaan 1 Bibit per Lubang Tanam
 Penggunaan bibit lebih efisien, untuk 1 ha hanya dibutuhkan 10 – 15 kg
 Mengurangi kompetisi antar individu dalam satu rumpun
(Penggunaan bibit muda 1 bibit per lubang tanam tidak dianjurkan pada daerah endemik keong emas)
D. Pemupukan
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan merupakan pemborosan dan dapat meracuni sumberdaya lahan dan lingkungan.
Salah satu pendekatan PTT padi sawah adalah efisiensi penggunaan pupuk kimia dan dianjurkan menggunakan bahan pupuk organik serta penggembalian jerami sisa panen ke lahan agar dapat meningkatkan produktivitas lahan.
E. Pemeliharaan
Selama masa tanam, perlu dilakukan pemeliharaan tanaman. Diantaranya penyiangan, pengairan dan pemupukan. Selama masa ini pengamatan terhadap tanaman haruslah dilakukan seminggu sekali atau bahkan setiap hari. Pemupukan
Pemupukan dianjurkan menggunakan dosis sesuai dengan anjuran Dinas Pertanian.
Pengairan
Pengairan dilakukan dengan cara berselang, yaitu cara pemberian air pada lahan sawah yang prinsipnya tidak selalu dibiarkan tergenang tetapi secara berselang dilakukan pengeringan ataupun penggenangan sesuai dengan fase tumbuh tanaman.
Penerapan teknik pengairan dengan sistem berselang adalah untuk tindakan efisiensi penggunaan air, di mana akhir – akhir ini ketersedian air semakin terbatas akibat dari penggunaan air yang semakin meningkat dan untuk memperbaiki aerasi tanah.
Tabel Pola Pengaturan Air
Umur (hst) Keadaan Tanaman Pengaturan Air dan Tingkat Genangan
0 – 7 Saat tanaman pindah Lahan sawah kondisi macak – macak (lembab), basah / tidak digenangi
8 – 41 Anakan aktif hingga menjelang anakan maksimum Air digilir selang 3 – 5 hari kondisi macak – macak, kemudian diari 2 hari dengan ketinggian 5 – 10 cm hentikan biarkan air dalam petakan kering sendiri
42–90 Fase pembungaan hingga pengisian Lahan tetap tergenang air setinggi 5 cm, usahakan pada fase ini tidak alami kekeringan
90-100 10 hari sebelum panen Lahan sawah dikeringkan
Sumber : Balitbang Deptan 2002
F. Panen dan Pasca Panen
Kegiatan panen ditempuh dengan memperhatikan umur panen dan cara pemanenan sedangkan pasca panen melalui perbaikan cara perontokan, pengeringan dan pengangkutan. Perlu dilakukan penanganan panen dan pasca panen yang baik untuk mengurangi kehilangan hasil dan produksi dapat terjaga dengan menghasilkan mutu beras yang lebih baik
Penentuan Umur Panen
Ditentukan dengan metode optimalisasi yaitu pada umur malai 30 – 35 hari sesudah berbunga atau umur tanaman ± 110 – 115 hari setelah tanam / tergantung varietas. Tanda tanaman padi dapat segera dipanen bila 95 % malai kenampakannya telah menguning (diperkirakan kadar air gabah 20 – 26 %). Panen dalam kondisi / keadaan ini diharapkan mencapai produksi yang optimal dengan kadar air serta butir hijau yang rendah serta mendapatkan mutu biji yang tinggi.