WELCOME, selamat datang di sahabat PETANI

Selamat datang di KONCO TANI. Sahabat kami berusaha selalu ada untukmu, mencoba menyediakan informasi yang sederhana walau mungkin telah engkau mengerti, mencoba memahami permasalahanmu walau mungkin tidak pintar memberikan solusi yang ingin kami pastikan untukmu adalah bahwa KAMI PEDULI

Minggu, 10 April 2011

HAMA TIKUS ( Rattus Argentiventer)

Merupakan hama penyebab kerusakan tanaman padi terbesar di Indonesia, sehingga diperlukan pemahaman yang lebih mendasar untuk mengatasi masalah ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerapatan populasi tikus sawah dipengaruhi oleh fase tanaman padi. Populasi tikus di ekosistem sawah irigasi berfluktuasi sangat tajam dan puncak populasi hanya terjadi satu kali dalam satu musim tanam padi. Puncak populasi terjadi pada periode sawah bera ( setelah panen ), akibat kelahiran tikus pada saat padi dalam fase generatif sebelumnya.
Penurunan populasi terutama disebabkan oleh berkurangnya pakan dan tempat berlindung di masa bera. Sehingga terjadi emigrasi tikus sawah ke perkampungan.
Tikus merusak tanaman padi pada semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga panen, bahkan di gudang penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru.
Tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah.
Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang fase generatif. Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki (foot print), jalur jalan (run way), kotoran/faeses, lubang aktif, dan gejala serangan.
Tikus berkembang biak sangat cepat dan hanya terjadi pada periode padi generatif. Satu ekor tikus betina dapat menghasilkan 80 ekor tikus baru dalam satu musim tanam.



Cara pengendalian
Pengendalian tikus dilakukan secara terpadu yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara dini (dimulai sebelum tanam), intensif, dan terus-menerus dengan memanfaatkan semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama (berkelompok) dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian dalam skala luas ( hamparan ). Kegiatan pengendalian yang sesuai dengan fase pertumbuhan padi.
Kendalikan tikus pada awal musim tanam sebelum memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyok massal, sanitasi habitat. Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan.
Fumigasi paling efektif dilakukan pada saat tanaman padi fase generatif. Pada periode tersebut, sebagian besar tikus sawah sedang berada dalam lubang untuk reproduksi. Metode ini efektif membunuh tikus. Rodentisida hanya digunakan apabila populasi tikus sangat tinggi. dan hanya efektif digunakan pada periode bera dan fase padi awal vegetatif.
Karena tikus memiliki mobilitas yang tinggi maka pengendalian tikus sebaiknya dilakukan sedini mungkin.
Selain lahan sawah dan lingkungannya, habitat yang menjadi target pengendalian adalah perkampungan tempat tikus beremigrasi. ( dari berbagai sumber )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar